(1) Bahwa banyak laki-laki kerap melakukan sesuatu yang gila atau tidak masuk akal bukanlah rahasia lagi. (2) Daripada perempuan, laki-laki juga diklaim lebih berani dalam bertindak gila. (3) Oleh karena itu, tak hanya kalangan awam, para ilmuwan juga mulai membahas dan mencari tahu alasan di balik hal itu.
(4) Ben Alexander Daniel Lendrem bersama para ahli dari Institute of Cellular Medicine meneliti para nominasi pemenang Darwin Awards—sebuah penghargaan untuk seseorang yang berani melakukan hal-hal gila—sejak 1995 hingga 2014. (5) Dari 318 penerima penghargaan, sebanyak 282 penerimanya (setara dengan 88,7 persen) adalah laki-laki. (6) Berdasarkan hal itu, para peneliti menyimpulkan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk terlibat dalam kegiatan berisiko tinggi daripada perempuan.
(7) Terkait alasannya, sebuah penelitian menemukan bahwa laki-laki berani mengambil risiko dalam tindakan gila-gilaan karena hormon testosteron yang dimilikinya. (8) Pada tahun 2011, para peneliti dari Amerika Serikat dan Jerman, juga membenarkan hal tersebut. (9) Testosteron berkontribusi terhadap reaksi berlebihan dan meledak-ledak pada laki-laki. (10) Sementara itu, dari sisi psikologis, hormon testosteron berperan dalam memotivasi laki-laki untuk berbuat sesuatu demi mendapatkan imbalan dari sumber luar. (11) Namun, secara gender, hal itu tidak hanya terjadi pada laki-laki; perempuan yang memiliki kadar testosteron tinggi juga berpotensi mengalami hal yang sama.
(Sumber: Mukhaer, A. A. (2021). Layaknya Film “Jackass”, Kenapa Lelaki Sering Bertingkah Gila-Gilaan?. National Geographic Indonesia. Diambil 3 November 2021 dari https://nationalgeographic.grid.id/read/132828684/layaknya-film-jackass-kenapa-lelaki-sering-bertingkah-gila-gilaan?page=all.)
Agar menjadi logis, kalimat (1) harus diperbaiki dengan cara ….
Kelogisan termasuk salah satu syarat kalimat efektif. Sebuah kalimat perlu disusun dengan efektif agar maksud yang disampaikan dapat sampai dengan tepat kepada pembaca. Kalimat (1) dalam bacaan pada soal berbunyi Bahwa banyak laki-laki kerap melakukan sesuatu yang gila atau tidak masuk akal (anak kalimat) bukanlah rahasia lagi (induk kalimat). Kalimat tersebut terdiri dari anak kalimat dan induk kalimat. Anak kalimat pada kalimat tersebut diawali dengan konjungsi bahwa. Jika strukturnya dirinci lebih lanjut, anak kalimat tersebut memiliki dua predikat. Berikut adalah rincian struktur kalimatnya.
- bahwa → konjungsi (konj.)
- banyak → predikat (P)
- laki-laki → subjek (S)
- kerap melakukan → predikat (P)
- sesuatu yang gila atau tidak masuk akal → objek (O)
Pada klausa tersebut terdapat dua predikat, yakni banyak dan kerap melakukan. Padahal, sebuah kalimat yang efektif hanya boleh mengandung satu predikat. Untuk memperbaikinya, kata banyak dapat dihilangkan sehingga klausa anak akan menjadi Bahwa (konj.) laki-laki (S) kerap melakukan (P) sesuatu yang gila atau tidak masuk akal (O). Selain dengan menghilangkan kata banyak, perbaikan juga dapat dilakukan dengan menambahkan kata yang setelah kata laki-laki sehingga klausanya akan menjadi Bahwa (konj.) banyak (P) laki-laki yang kerap melakukan sesuatu yang gila atau tidak masuk akal (S).
Pilihan B tidak tepat. Penggunaan konjungsi bahwa pada kalimat tersebut sudah tepat karena kata bahwa, salah satunya, berfungsi sebagai kata penghubung untuk mendahului anak kalimat yang menjadi pokok kalimat.
Pilihan C dan D tidak tepat. Kata kerap dan sering memiliki makna yang serupa. Begitu pula dengan kata sesuatu dan hal. Penggantian kata kerap menjadi sering atau sesuatu menjadi hal tidak perlu dilakukan dan tidak membuat kalimat menjadi efektif.
Pilihan E tidak tepat. Jika klausa anak (anak kalimat) diletakkan di belakang klausa induk (induk kalimat), kalimat tersebut akan menjadi Bukanlah rahasia lagi bahwa banyak laki-laki kerap melakukan sesuatu yang gila atau tidak masuk akal. Perubahan tersebut dapat dilakukan, tetapi tidak membuat kalimat menjadi efektif karena anak kalimat masih tetap memiliki dua predikat, yakni banyak dan kerap melakukan.
Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah A.